Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia
Saat kita sering luangkan waktu...
Buat saya yang dulu sering pindah - pindah kota, rasanya semua kota itu jadi seperti kampung halaman saya. Terutama empat kota di pulau Jawa. Bandung tempat saya lahir, Surabaya tempat saya dibesarkan, Semarang tempat saya semakin membesar dan Jakarta tempat saya menjadi gendut besar.
Keempat kota itu sudah menjadi rumah buat saya. Bukan cuma karena kota - kota itu punya sejarah khusus buat saya, tapi juga karena di situ masih banyak
mantan pacar saya keluarga saya. Makanya kalau mau pergi ke sana, saya selalu bilang mau pulang ke Semarang atau mau pulang ke Surabaya. Begitu juga kalau saya akan balik ke Jakarta dari salah satu kota itu, saya pasti bilang mau pulang ke Jakarta.
Dulu saya suka ngeluh karena telalu sering berpindah kota. Sekarang justru saya bersyukur karena pernah tinggal di banyak kota. Karena kemana pun saya pergi, selalu ada teman atau saudara yang bisa saya hubungi. Ya itung - itung jadi kayak punya banyak rumah lah. Walau cuma rumah imajiner.
Pasti bakal lebih enak lagi kalau rumah - rumah imajiner itu bisa dilengkapi dengan istri imajiner juga. Kan, kata pak ustad, menikah itu adalah setengah perjalanan ibadah dalam hidup kita. Berarti bagus dong kalau kita bisa melengkapi ibadah kita? Walau cuma ibadah yang imajinatif, lha kan tadi saya bilang istri imajiner, iya gak sih?
Aih, kok malah nggedabrus. Sudah lah, saya mau sholat sungguhan dulu. Setelah itu zikir dan berdoa supaya istri sungguhan saya terkena serangan penyakit lupa-link-blog-suami. Biar gak baca postingan ini